Menjejak Nirwana di Derawan

Image

Turquoise water

Saya langsung mengiyakan dan tidak berpikir dua kali ketika mendapat ajakan ke Derawan. Gimana engga, pulau ini sangat terkenal dengan kekayaan alam lautnya dan disebut-sebut sebagai salah satu “paradise on earth”. Berada dalam wilayah Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur, Derawan terdiri dari beberapa pulau dengan 4 pulau yang terkenal dengan keindahan alam lautnya, yaitu: Derawan, Maratua, Kakaban, dan Sangalaki.

Saya bersama rombongan menggunakan Garuda Indonesia melalui Balikpapan yang mempunyai lebih banyak connecting flight dengan kota-kota besar dan destinasi wisata di Indonesia; seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Ujung Pandang/Makasar, Banjarmasin, dan Manado. Kemudian dilanjutkan ke Berau. Penerbangan dari/ke Balikpapan – Berau sendiri mempunyai jadwal 2 x sehari, bisa dipesan online di: www.garuda-indonesia.com Dari Berau bisa langsung ke Derawan dengan speedboat melalui Tanjung Reded, atau melalui perjalanan darat kemudian menyeberang melalui Tanjung Batu.

Image

Kakaban
Foto oleh: Mumun Indohoy @munindohoy

Setelah melalui perjalanan udara dan laut (bahkan sungai), kami pun tiba di pulau Derawan. Hampir engga percaya dengan apa yang saat itu ada di hadapan saya. Rasanya ini adalah pulau terindah yang pernah saya kunjungi. Men, bagus banget! Hamparan laut luas dengan air beningnya, bahkan dari atasnya, kamu bisa melihat gerombolan ikan berenang di dalamnya. Ketakjuban berlanjut ketika beberapa ekor penyu bermunculan di atas air. Lelah karena perjalanan panjang pun hilang seketika. Saya seolah mendapatkan energi baru melihat pemandangan yang begitu indah tersebut.

Selesai makan siang, kami segera menuju Kakaban yang jaraknya kurang lebih 1 jam perjalanan. Di sini kamu bisa berenang dengan ubur-ubur! Yap, ubur-ubur! Tidak beracun tentunya, yang biasa dikenal dengan nama “Sting-less Jellyfish”

Image

Pulau Gusung
Foto oleh: @vinographyworld

Image

Like a boss!
Foto oleh: @vinographyworld

Karena merupakan satu-satunya anggota rombongan yang kurang mahir berenang dan pernah hampir tenggelam di sungai saat bermain arung jeram, saya hanya melihat-lihat dari atas. Tetapi melihat begitu banyaknya ubur-ubur plus mengingat betapa jauh perjalanan yang harus ditempuh menuju ke sini, saya memberanikan diri untuk bergabung bersama teman-teman yang lain. Itu pun setelah dibantu beberapa lama untuk melatih bernafas memakai peralatan snorkel. Know what, ini adalah pengalaman snorkel pertama seumur hidup!

Begitu mencebur, saya semakin tercengang melihat banyaknya ubur-ubur yang bahkan berwarna-warni tersebut. Meskipun dengan susah payah bernafas dan beberapa kali airnya terminum sampai kenyang, tidak menyurutkan keinginan saya terus bermain dengan makhluk yang menggemaskan ini. Ubur-ubur tersebut sama sekali engga takut dengan kehadiran kami, mereka seolah menari-nari bahkan mendekat seperti ingin mengajak bermain dan bercanda.

Pppssssttt…..tahukah kamu bahwa hanya ada 2 tempat di dunia ini yang mempunyai habitat sting-less jellyfish, yaitu:  di Palau, Samudera Pasifik dan di pulau Kakaban, Indonesia. I am a lucky girl! Ingat ya, kamu wajib membawa kamera underwater ke sini…hahaha…

Image

Maldives? Apa itu Maldives?

Sekembalinya dari Kakaban, speedboat kami berlari kencang seolah mengejar matahari dan memohon untuk tidak segera terbenam, sungguh pemandangan yang sangat langka saya dapatkan; catching sunset on a boat! Engga hanya sampai di situ, malam harinya kami membakar ikan sambil bertelanjang kaki  di atas pasir pantai yang lembut, ditemani desir ombak di bawah terangnya sinar bulan purnama. Priceless!

Keesokan harinya kami menuju pulau yang tak jauh letaknya, yaitu Pulau Gusung yang berupa hamparan pasir putih dan hanya muncul ketika air laut sedang surut. Berdiri di sini, kamu seolah berada di tengah-tengah samudera yang sangat luas tanpa seorang pun bisa mengganggu. Benar-benar seperti berada dalam sebuah private island…like a boss!

Dalam perjalanan, speedboat kami melambatkan lajunya untuk melihat dari dekat beberapa yacht yang sedang bersandar. Saat itu memang sedang berlangsung Festival Derawan 2013, di mana salah satu acaranya adalah Yacht Rally yang diikuti oleh beberapa negara di dunia. Serasa sedang berada diatas perairan Maldives!

Image

See you next year!

Sekembalinya dari Pulau Gusung, kami jalan-jalan sejenak menikmati perkampungan penduduk sebelum meneruskan snorkeling di dekat dermaga tempat menginap yang pemandangan bawah lautnya konon luar biasa. Sore itu air pasang dan arus cukup besar, keadaan tersebut membuat nyali saya ciut, membayangkan badan nan mungil ini tertelan ombak. Cemen? Biarin!

Setelah diyakinkan oleh kawan-kawan dari Berau Coal Diving Club bahwa kondisi tersebut aman untuk snorkel, baru lah saya memberanikan diri. Lagi-lagi saya harus dipandu dulu untuk membiasakan bernafas memakai peralatan snorkel. Karena  entah kenapa saya mengalami kepanikan luar biasa ketika sedang berada di dalam air.

Akhirnya saya dituntun ketengah dengan sabar sambil sesekali berhenti untuk membuang air yang terlalu banyak masuk ke dalam mulut. Dan pemandangan yang saya lihat saat itu sungguh luar biasa, ikan berwarna-warni, besar dan kecil, karang-karang yang cantik, bahkan penyu yang ukurannya lebih besar dari yang saya lihat sebelumnya. Rasanya tidak ingin menyudahi petualangan saya sore itu, tetapi sayang hari mulai gelap…hiks…

Image

Keraton Sambaliung.

Image

Masjid Raya Berau

Keesokan harinya kami kembali ke Berau. Sebelum bertolak ke Jakarta, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Keraton Sambaliung dan Mesjid Raya Berau yang berada di Tanjung Redeb. Sungguh perjalanan yang luar biasa dan tidak akan pernah saya lupakan.

Penting:

1. Tiket pesawat Balikpapan-Berau return menggunakan Garuda: Rp.985.000

2. Speedboat Tanjung Reded-Derawan (berkeliling Kakaban, Maratua, Sangalaki), bervariasi tergantung besar/kecil : antara Rp.400.000 – Rp.1.000.000

3. Penginapan, banyak rumah penduduk yang disewakan dan ber-ac : Rp.200.000 atau Cottage Rp.600.000

4. Makan, banyak warung makan yang menyediakan menu lokal dengan harga rata-rata: Rp.20.000

5. Kamu harus coba kima-kima! The best and only in Derawan! : Rp.50.000 per porsi (bisa untuk 2 orang), makan dengan nasi putih hangat, Yumm!

6. Kalau kamu tidak mau repot, bisa ikut group tour yang sudah banyak ditawarkan, antara lain: Kakaban Tour or google it! 🙂

24 thoughts on “Menjejak Nirwana di Derawan

  1. Hahahaha, keren itu yang foto like a boss 😀
    Ngomongin Derawan jadi inget, 1,5 tahun lalu ada temen kantor meninggaldi Derawan, diduga karena serangan jantung. Banyak yang bilang dia disayang Tuhan, bukan hanya karena ‘dipanggil’ Tuhan dalam keadaan tidur (setelah salat pula), tapi juga karena ‘dipanggil’ di salah satu tempat terindah di dunia :’)

    Like

  2. hallo…

    ceritanya informative sekali.. saya mau tanya dong.. apakah ke Derawan dan keliling pulau pulau hanya bisa pakai Tur? saya pengen banget jalan sendiri, cuma kendala di sewa boatnya, yang katanya sewanya 800-1,6 ya? agak mahal ya?

    Apakah disana banyak yang nawarin sewa boat?

    Thanks,
    Tasya

    Like

    • Hai Tasya…

      Bisa kok ke Derawan pergi sendiri. Waktu itu saya dan teman-teman lewat Berau (bukan Tarakan). Untuk menuju ke Pulau Derawan-nya dari Tanjung Redeb ada angkutan (air) umum, boat yang isinya bisa sampai 15 orang.

      Tapi memang kalau untuk keliling pulau di sekitarnya (Kakaban, Sangalaki, Maratua, dll) harus sewa boat sendiri. Bisa saja sendiri, tentunya biaya itu juga ditanggung sendiri kan. Kalau ramai-ramai dengan teman, biaya tersebut bisa di share. Jadi gak terlalu mahal jatuhnya.

      Semoga membantu ya, Tasya 🙂

      Like

    • Nah iya nih, Nabucco bagus. Belum sempet ke sana. Waktu itu denger ada rencana Susi Air bakal bikin landasan langsung di
      Maratua. Semoga disegerakan yess…

      Like

  3. WOW…LUAR BIASA,ITU SALAH SATU KEKAYAAN BANGSA iNDONESIA YANG HARUS KITA JAGA DAN LESTARIKAN,N SEKALI-KALI MAINLAH KE WAKATOBI SULAWESI TENGGARA YANG KEINDAHAN BAWAH LAUTNYA TDK KALAH INDAHNYA DGN YANG LAIN,DAN TEMPAT TSB DINAMAKAN DENGAN SEGITIGA KARANG DUNIA.

    Like

Leave a comment